loading...
1. Nasab ada dua; keilmuan dan keturunan. Segala pengetahuan maka itu adalah keilmuan. Ukuran keilmuan adalah kembalinya kepada Al-Quran yang utama.
2. Masa sekarang, tidak lagi memikirkan hadist atau bukan. Agama itu rasio. Ada dalil aqli dan naqli. Selama dalil aqli tidak bertentangan dengan naqli, maka bisa dijadikan hukum.
3. Sanad keilmuan itu penting. Karena itu pokok dan menjadi syarat bahwa ilmu itu benar-benar berasal dari Nabi Muhammad, Sang sumber ilmu.
4. Zaman sekarang, banyak orang paham Al-Quran dari terjemahan. Malah terkadang hafal Al-Quran tidak tahu artinya. Dulu, orang hafal Al-Quran pasti alim, tapi sekarang yang hafal Al-Quran umumnya justru malah perempuan. Kita harus hati-hati. Jangan berkiblat pada terjemah Al-Quran atau kitab, apalagi internet.
5. Ini akhir zaman, orang Islam pintar-pintar karena pakai huruf latin atau terjemahan. Jarang sekali ada skripsi pakai Bahasa Arab. Jadi, yang baru harus kita terima, tapi yg dulu harus kita pertahankan. Itu sudah qodho’ Allah.
6. Sekarang, tidak ada negara khilafah. Semua negara nasional. Dulu, orang haji semua pakai bendera Islam. Tapi sekarang, semua pakai bendera nasional masing-masing.
7. Kita harus junjung tinggi bangsa ini. Nabi sendiri menjunjung tinggi Bangsa Arab, karena nabi orang Arab. Sehingga Arab menjadi penguasa dan panutan bagi bangsa-bangsa lain.
8. Syiir syubbanul wathon itu karya Mbah Wahab. Saya dapatkan dari abah saya, abah saya dari Mbah Wahab. Pertama kali saya berikan kepada Nusron, ketua GP Anshor saat itu. Karena segala perubahan itu berawal dari anak muda. Indonesia merdeka karena semangat pemuda pada 28 Oktober.
9. Selisih itu bawaan manusia. Kalau ingin maju, buat bersatu tapi tetap boleh beda. Itulah konsep Bhinneka Tunggal Ika. Kalau hanya Islam, tidak akan mampu mempersatukan Indonesia. Nasional harus kita samakan dengan keislaman. Sehingga beda tapi sama, sama tapi beda.
10. Semua agama menunjukkan kebaikan. Sebab agama itu punya 4 titik kesamaan; Pertama, menjaga jiwa. Kedua, menjunjung akal. Ketiga, melestarikan keturunan. Keempat, menjaga bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia.
11. Ahok sudah minta maaf. Kita minta seluruh umat Islam untuk tenang dan meredam amarah. Jangan dibesar-besarkan. Jika bisa diredam maka persatuan juga bisa dijaga. Jika umat islam Jakarta memang tak mau memilihnya karena faktor agama, ya jangan dibesar-besarkan sehinggu memicu isu SARA.
Ini adalah resume wawancara dengan KH Maimoen Zubair, Sarang, Rembang.
sumber Majalah Aula, Edisi November 2016
Sumber: News Baldatuna
loading...
0 Response to "KH. Maimun Zubair: Jangan Berkiblat Pada Terjemah Al-Qur’an, apalagi Internet"
Posting Komentar